Educatrip.com – MOSKOW – Lokasi Novaya Zemlya milik Rusia di Kutub Utara siap untuk melanjutkan uji coba nuklir kapan saja, menurut komandan fasilitas tersebut, Laksamana Muda Andrey Sinitsyn.
Pulau Novaya Zemlya yang terletak di Samudra Arktik, dulunya merupakan salah satu tempat utama Uni Soviet dalam melakukan uji coba nuklir. Namun, sejak tahun 1990, Rusia telah memberlakukan moratorium terhadap kegiatan tersebut.
“Sudah sepenuhnya siap. Laboratorium dan pangkalan pengujian sudah siap. Personelnya sudah siap. Jika kami mendapat perintah, kami dapat memulai pengujian kapan saja,” ungkap Sinitsyn kepada Rossiyskaya Gazeta pada Selasa.
Jika kontingen di Novaya Zemlya diperintahkan untuk melanjutkan pengujian nuklir, tugas ini “akan dipenuhi sesuai dengan tenggat waktu,” tambah komandan tersebut.
Meskipun terletak jauh dari garis depan antara Rusia dan Ukraina serta di luar jangkauan rudal paling canggih yang dipasok ke Kiev oleh pendukung Baratnya, Novaya Zemlya tetap dilengkapi dengan “sistem keamanan komprehensif” yang akan mampu menangkal kemungkinan serangan, tegas Sinitsyn.
“Kami memiliki pos pengawasan udara dan kelompok pencegah UAV bergerak yang bertugas setiap hari. Berbagai sistem peperangan elektronik digunakan untuk melindungi fasilitas tersebut. Kami selalu siap untuk menangkal semua jenis ancaman, termasuk upaya penyerbuan oleh kelompok sabotase dan pengintaian ke pulau tersebut,” ujar dia.
Pekan lalu, seorang anggota parlemen dari partai berkuasa Rusia Bersatu, Andrey Kolesnik, menyarankan langkah Moskow untuk mencabut moratorium pengujian nuklir dapat menjadi peringatan bagi politisi Barat, yang telah melupakan bahaya yang ditimbulkan oleh senjata semacam itu dan terus meningkatkan ketegangan dengan Rusia.
“Kita perlu melakukan ledakan nuklir di suatu tempat, di tempat pengujian. Uji coba nuklir saat ini dilarang, tetapi mungkin orang-orang harus melihat apa sebenarnya hasil dari semua ini,” ungkap Kolesnik.
Pada Maret, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan AS sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk melanjutkan uji coba nuklir karena beberapa ahli percaya simulasi komputer tidak cukup untuk jenis hulu ledak baru.
“Jika Amerika melakukannya, Rusia mungkin akan membalas dengan melakukan uji coba nuklirnya sendiri,” pungkas dia.