Umat Muslim di Israel Tidak Diperlakukan Sama Seperti Warga Negara Lainnya oleh Pemerintah Zionis

Bahjah Jamilah

Updated on:

“Perlakuan Diskriminatif Terhadap Umat Muslim di Israel oleh Pemerintah Zionis”

4. Tak Ada Perlindungan dari Hukum

Seorang warga Haifa yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa ia merasa tidak ada perlindungan dari hukum bagi orang-orang seperti dirinya. “Kami tidak merasa aman, kami tidak merasa dilindungi oleh hukum,” katanya kepada CNN. “Kami tidak memiliki perlindungan dari hukum karena kami orang Arab. Kami tidak memiliki perlindungan dari hukum karena kami orang Muslim. Kami tidak memiliki perlindungan dari hukum karena kami orang Palestina.”

Seorang pengacara yang berbasis di Haifa, Raja Zaatry, mengatakan bahwa ia merasa bahwa ada upaya yang lebih besar untuk menekan warga Arab Israel untuk menunjukkan bahwa mereka setia kepada negara Israel. “Kami harus membuktikan bahwa kami adalah warga Israel yang baik, kami harus membuktikan bahwa kami tidak berhubungan dengan Hamas,” katanya kepada CNN. “Kami harus membuktikan bahwa kami tidak berhubungan dengan terorisme.”

Zaatry menambahkan bahwa ia telah menerima banyak telepon dari warga Arab Israel yang merasa tidak aman. “Mereka mengatakan bahwa mereka khawatir bahwa mereka akan ditangkap karena mereka adalah orang Arab,” katanya. “Mereka mengatakan bahwa mereka telah dihentikan oleh polisi dan ditanyai.”

Seorang juru bicara polisi Israel mengatakan kepada CNN bahwa polisi tidak memiliki informasi tentang penangkapan warga Arab Israel yang tidak bersalah. “Tidak ada diskriminasi dalam penanganan warga Arab Israel,” katanya.

EDUCATRIP.NET – Warga Muslim di Israel menjadi korban diskriminasi. Maklum, mereka adalah minoritas. Kehidupan mereka juga selalu dicurigai dan selalu merasa diawasi. Pasalnya, Israel tetap menganggap mereka bagian dari Palestina. Sejak perang di Gaza, warga Muslim jadi target diskriminasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi Gaza yang semakin memburuk dan banyaknya warga Palestina yang tewas karena serangan Israel. Lebih parahnya lagi, diskriminasi ini terjadi di bawah kepemimpinan politikus sayap kanan di Israel.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan beberapa pemimpin oposisi bergabung dengan kabinet perang darurat untuk mengelola perang. Namun, Menteri Keamanan Nasional pemerintah, Itamar Ben Gvir, adalah seorang ekstremis yang pernah dihukum karena mendukung terorisme dan menghasut rasisme anti-Arab. Selain itu, Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich, mendukung penghapusan Otoritas Palestina dan pencaplokan Tepi Barat. Keduanya bukan bagian dari kabinet perang, tetapi tetap mempertahankan peran menteri mereka.

Situasi ini semakin memperburuk kondisi warga Muslim di Israel. B’Tselem, Pusat Informasi Israel untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan, melaporkan bahwa retorika dari Gvir dan Smotrich telah membuat para ekstremis semakin berani dan menyebabkan peningkatan serangan terhadap warga Muslim di Israel. CNN telah mencoba untuk mengonfirmasi hal ini kepada IDF, namun belum mendapat jawaban.

Diane Buttu, seorang warga Muslim, pengacara asal Kanada yang tinggal di Haifa, mengatakan bahwa setelah serangan Hamas, ujaran kebencian terhadap warga Muslim mencapai tingkatan baru. Ia menyebutkan bahwa banyak pernyataan yang menyebutkan bahwa manusia adalah hewan dan harus dihabisi. Hal ini membuat warga Muslim di Israel merasa selalu diawasi dan dicurigai, bahkan oleh teman-teman mereka yang tidak beragama Islam.

Naim Khoury, seorang pengacara yang tinggal di Haifa, mengatakan bahwa kota tersebut biasanya merupakan contoh koeksistensi yang baik antara warga Muslim dan Yahudi. Namun, sejak terjadinya perang di Gaza, ia merasakan perubahan sikap dari sebagian orang yang kini memandangnya dengan curiga dan menganggapnya sebagai teroris. Hal ini juga dirasakan oleh seorang warga Haifa yang tidak ingin disebutkan namanya. Ia mengatakan bahwa warga Muslim di Israel tidak merasa dilindungi oleh hukum karena mereka dianggap sebagai orang Arab, Muslim, dan Palestina.

Raja Zaatry, seorang pengacara yang berbasis di Haifa, mengatakan bahwa ada upaya yang lebih besar dari pemerintah Israel untuk menekan warga Arab Israel dan meminta mereka membuktikan bahwa mereka setia kepada negara Israel dan tidak berhubungan dengan Hamas atau terorisme. Hal ini membuat banyak warga Arab Israel merasa tidak aman dan seringkali ditangkap dan ditanyai oleh polisi. Namun, juru bicara polisi Israel membantah adanya diskriminasi dalam penanganan warga Arab Israel.

Leave a Comment