educatrip.net – Beberapa tokoh ternama seperti Jeff Bezos, Larry Fink, dan Menteri Keuangan yang dipilih oleh Donald Trump, Scott Bessent, telah sepakat bahwa mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah kunci untuk mengendalikan utang AS yang kini mencapai USD36 triliun atau sekitar Rp576.000 triliun. Namun, sejarah telah membuktikan sebaliknya.
Bessent mengingatkan bahwa ini merupakan kesempatan terakhir bagi AS untuk mengurangi utang tanpa harus berubah menjadi negara demokrasi sosialis seperti di Eropa. Larry Fink, CEO dari perusahaan manajer aset terbesar di dunia, BlackRock, mendorong pemerintahan yang akan datang untuk fokus pada pengembangan kecerdasan buatan dan investasi infrastruktur guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi defisit. Sementara itu, Jeff Bezos, pendiri Amazon, menyatakan dalam acara DealBook Summit bulan ini bahwa satu-satunya cara untuk menangani masalah ini adalah dengan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 3-5% per tahun sambil memangkas defisit tahunan.
“Jika kita bisa melakukannya, masalah ini bisa diatasi dengan mudah,” ujar Bezos.
Namun, hal ini merupakan tugas yang berat dan hanya dapat dicapai oleh beberapa presiden modern dalam jangka waktu yang lama. Bill Clinton pernah berhasil menciptakan surplus anggaran dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada akhir 1990-an. Sementara itu, Ronald Reagan berhasil menurunkan defisit pada tahun 1984 dan 1987, namun pada akhirnya defisit terus meningkat. Donald Trump sendiri akan menghadapi tantangan yang lebih besar jika ia tetap melanjutkan janji-janji kampanyenya terkait pajak dan tarif yang dapat menambah utang AS sebesar USD4,1 triliun hingga USD15,6 triliun dalam dekade mendatang.
Trump telah berjanji bahwa dengan mengurangi pajak, meningkatkan produksi energi, melonggarkan regulasi, dan memberlakukan tarif yang keras, ia dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang “eksplosif” sehingga dapat membayar utang. Ia juga menunjuk Elon Musk dan Vivek Ramaswamy untuk mengatasi pemborosan pemerintah.
Namun, Trump juga telah berjanji untuk tidak menyentuh program-program yang menjadi hak warga seperti Jaminan Sosial dan Medicare, yang sejauh ini menjadi penyebab utama utang dan diperkirakan akan bangkrut pada pertengahan tahun 2030-an. Selain itu, kebijakan tarif yang diterapkan juga dapat memicu pembalasan yang berpotensi merugikan pertumbuhan ekonomi. Banyak ekonom percaya bahwa diperlukan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa untuk mengatasi masalah fiskal yang dihadapi negara.
“Tidak cukup hanya dengan pertumbuhan saja untuk memperbaiki masalah ini,” ungkap Tom Porcelli, kepala ekonom AS di PGIM Fixed Income seperti dilansir dari Politico, Selasa (18/12/2024).