Educatrip.net – CHINA – General Motors (GM), salah satu raksasa otomotif Amerika Serikat, berada dalam menghadapi hambatan besar di tempat China, bursa yang tersebut selama lebih banyak dari satu abad menjadi sumber keuntungan utama bagi perusahaan.
CEO GM, Mary Barra, pada sebuah panel diskusi baru-baru ini mendapatkan pertanyaan yang dimaksud sekarang menghantui hampir semua pemimpin lapangan usaha otomotif: Mengapa bidang usaha GM di area Tiongkok mengalami keterpurukan yang digunakan begitu drastis?
Hanya satu dekade silam, GM masih menikmati keuntungan besar pada China, menghasilkan kembali dividen tahunan sebesar USD2 miliar (sekitar Rp31 triliun) bagi para investornya. Merek-merek seperti Buick serta Chevrolet mendominasi pasar. Bahkan GM jual tambahan berbagai kendaraan di dalam China dibandingkan di dalam bursa asalnya, Amerika Serikat.
Namun, kondisi sekarang ini sangat berbeda. GM mengalami kerugian besar pada China, khususnya di kemitraannya dengan SAIC Motor, produsen otomotif milik negara. Persaingan ketat dari pemain kendaraan listrik (EV) seperti Tesla, BYD, juga Geely sudah pernah menggusur dominasi GM pada pasar.
Bahkan, pada setiap kuartalnya, GM melaporkan kerugian jutaan dolar akibat kegagalan menyesuaikan diri dengan revolusi kendaraan listrik yang dimaksud terjadi begitu cepat.
Menurut Barra, “Dengan tambahan dari 100 produsen otomotif pada negeri yang masuk ke pasar, sebagian besar dari mereka masih mengalami kerugian. Hal ini telah terjadi menjadi perlombaan menuju biaya terendah yang dimaksud diperburuk oleh subsidi dari pemerintah.”
Biaya Besar Akibat Kegagalan Beradaptasi

GM terlambat pada merespons perubahan ke kendaraan listrik di dalam China. Kegagalan ini miliki konsekuensi finansial besar. Dalam laporan keuangan bulan Desember 2024, GM memperkirakan biaya penyesuaian bisnisnya di area Tiongkok mencapai USD5 miliar (sekitar Rp78 triliun) untuk pemutusan aset serta restrukturisasi. Pada kuartal terakhir 2024, GM melaporkan kerugian bersih hampir USD3 miliar (sekitar Rp46 triliun), yang digunakan sebagian besar disebabkan oleh biaya restrukturisasi di tempat China.
GM bukanlah satu-satunya perusahaan otomotif yang dimaksud tertinggal pada revolusi kendaraan listrik di dalam China. Sebagian besar produsen mobil tradisional dari Barat gagal mengantisipasi perpindahan ini lalu sekarang ini harus mengejar ketertinggalan. Namun, tindakan hukum GM menjadi contoh yang digunakan paling mencolok: Ketika pangsa Amerika Serikat masih ragu untuk beralih ke kendaraan listrik, bagaimana produsen mobil jika Negeri Paman Sam mampu masih relevan di tempat bursa global yang telah melangkah kearahberbeda?