Monster Loch Ness dengan Kulit ala Lumba-lumba juga Sisik Keras Komodo

Badriyah Fatinah

Misteri Plesiosaurus Terungkap: Monster Loch Ness dengan Kulit ala Lumba-lumba juga Sisik Keras Komodo

Educatrip.net – JERMAN – Setelah 200 jt tahun, misteri tentang plesiosaurus, reptil laut prasejarah yang dimaksud hidup pada lautan seluruh dunia antara 203 serta 66 jt tahun lalu, akhirnya mulai terkuak.

Studi terbaru menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai kombinasi unik: lapisan kulit halus di area beberapa bagian tubuhnya lalu sisik keras di dalam bagian lainnya.

Plesiosaurus: Ikon Prasejarah

Misteri Plesiosaurus Terungkap: Monster Loch Ness dengan Kulit ala Lumba-lumba juga Sisik Keras Komodo

Plesiosaurus, rutin disebut-sebut sebagai kandidat kuat monster Loch Ness, miliki empat sirip, ekor pendek, dan juga leher panjang.

Mereka sanggup mencapai panjang hingga 12 meter. Fosil tulang kemudian gigi mereka itu telah terjadi ditemukan dalam berbagai negara, termasuk kerangka lengkap berusia 183 jt tahun yang dimaksud ditemukan di area endapan Posidonia Shale pada Jerman selatan.

Analisis pada 2020 mengungkapkan bahwa serpihan lapisan kulit hewan ini juga terlibat membatu – satu bagian dari ekor, kemudian satu lagi dari tepi belakang sirip depan kanan.

Penelitian Mendalam pada Kulit yang Membatu

Misteri Plesiosaurus Terungkap: Monster Loch Ness dengan Kulit ala Lumba-lumba dan juga Sisik Keras Komodo

Dalam studi terbaru yang mana dipimpin oleh Lund University, Swedia, berbagai teknik digunakan untuk meneliti lebih banyak dekat dermis yang tersebut membatu tersebut.

Hasilnya menunjukkan bahwa lapisan kulit pada bagian ekor halus juga ramping, mirip dengan epidermis reptil laut prasejarah lainnya seperti ichthyosaurus. Namun, lapisan kulit di area tepi sirip terdiri dari struktur segitiga kecil yang tersebut mirip dengan sisik reptil modern. Sisik ini diduga mempunyai dua fungsi utama.

Dua Fungsi Sisik pada Sirip

Pertama, dengan menjaga tepi belakang sirip masih kaku, sisik-sisik ini dapat meningkatkan efisiensi hidrodinamik pada waktu reptil berenang di area di air. Jika tepi yang dimaksud terlalu lunak dan juga lentur, energi otot akan terbuang pada waktu beriak dalam setiap ayunan sirip.

Kedua, sisik keras ini mungkin saja membantu plesiosaurus mempertahankan traksi kemudian menghindari cedera ketika dia “berjalan di dalam dasar laut” sambil mencari makan moluska yang tersebut hidup dalam dasar laut. Studi sebelumnya tentang isi perut plesiosaurus yang dimaksud membatu memang benar menunjukkan bahwa dia memakan – setidaknya sebagian – mangsa semacam itu.

“Temuan kami membantu kami menciptakan rekonstruksi keberadaan plesiosaurus yang dimaksud lebih tinggi akurat, sesuatu yang sangat sulit sejak pertama kali dipelajari lebih besar dari 200 tahun lalu,” kata Miguel Marx, siswa PhD serta penulis utama studi tersebut.

“Selain itu, fosil Jerman yang mana terpelihara dengan baik benar-benar menyoroti kemungkinan jaringan lunak di memberikan wawasan berharga tentang biologi hewan-hewan yang mana sudah lama punah ini.”

Makalah tentang penelitian ini – yang juga melibatkan ilmuwan dari Uppsala University, RISE (Research Institutes of Sweden), Naturkunde-Museum Bielefeld, juga Urwelt-Museum Hauff – baru-baru ini diterbitkan pada jurnal CurrentBiology.

Leave a Comment